Sukabumi : Pengamat ekonomi Sukabumi, Pardomuan Simbolon, menilai pemerintah daerah (Pemda) Kota dan Kabupaten Sukabumi lambat atasi kenaikan harga Sembilan bahan pokok. Hingga kini, harga kebutuhan rumah tangga terus menggeliat naik tanpa adanya kontrol.
Menurut Pardomuan, kenaikan harga beras hingga lebih 20%, paling lama terjadi dalam sejarah pergantian tahun,
“Biasanya harga beras dikontrol hingga sepekan semenjak adanya kenaikan. Tetapi kali ini Pemda Kota maupun Kabupaten Sukabumi, seolah membiarkan. Seharusnya mereka jeli dengan melakukan Operasi Pasar (OP). Karena OP bisa mempengaruhi harga,” ungkapnya.
Selain harga beras, katanya, harga sayur-mayur dan ikan basah juga mengalami kenaikan. Seharusnya, dengan sumber daya yang ada di pemerintah, Pemda cepat tanggap.
“Jangan sampai kenaikan harga itu mengakibatkan rendahnya daya beli masyarakat, yang bisa mengakibatkan rendahnya perputaran ekonomi. Antara pelaku usaha dan konsumen adalah mata rantai yang harus dijaga. Pemerintah sebagai pengawas harus mengantisipasi,” tandasnya.
Soal penyebab kenaikan harga akibat cuaca ekstrem, tuturnya, hanya persoalan teknis. Tetapi karena kurangnya antisipasi, maka isu itu dijadikan barang dagangan oleh para spekulan.
“Sebenarnya stok beras di Kabupaten Sukabumi banyak. Namun karena tidak ada upaya pencegahan jual isu dari kalangan pelaku spekulan, maka para pelaku pasar ini leluasa memainkan harga,” terang Pardomuan. (NERACA)
0 komentar:
Posting Komentar