JAKARTA : Meskipun jumlah entitas bank perkreditan rakyat terus menurun selama 2011, namun total aset industri terus tumbuh yang didorong ekspansi pada penyaluran kredit dan penghimpunan dana masyarakat dengan peningkatan sekitar 21%-22%
Edy Setiadi, Direktur Kredit, BPR dan UMKM Bank Indonesia (BI), mengatakan industri bank perkreditan rakyat (BPR) terus tumbuh, kendati jumlah entitas bank mikro terus menurun dari tahun ke tahun.
“Kami melihat penurunan jumlah BPR tidak berpengaruh karena jumlah aset industri tetap tumbuh. Ini terjadi karena sebagian BPR melakukan konsolidasi [merger] sehingga dapat terus membesar,” ujarnya hari ini.
Selama 2011 jumlah BPR berkurang sebanyak 37 perusahaan yang disebabkan karena merger dan ditutup karena melanggar batas kesehatan. Jumlah BPR pada akhir 2011 sebanyak 1.669 unit dibandingkan dengan akhir 2010 yang sebanyak 1.706 unit.
Selain itu, lanjutnya, peningkatan bisnis BPR juga bertumbuh didorong oleh kerja sama dengan bank pembangunan daerah (BPD), seperti penyaluran kredit program linkage atau program Apex Bank.
Program linkage adalah penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank kepada pengusaha mikro dan kecil melalui BPR. Adapun Apex Bank adalah program yang menempatkan BPD sebagai induk pengayom bagi BPR.
Dia menambahkan industri BPR semakin agresif dalam penyaluran kredit terutama yang memiliki jaminan.
Selain itu, operasional di lapangan juga semakin meningkat karena menerapkan sistem jemput bola.
Meski penyaluran kredit cukup agresif, dia menilai BPR telah meningkatkan kehati-hatian. Itu terlihat dari rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) menjadi 5,22% pada akhir 2011, dibandingkan dengan sebelumnya 6,12.
“Bagi BPR tingkat NPL mendekati 5% itu sudah cukup bagus. Meski demikian, kami melihat kendali internal terhadap manajemen risiko belum merata dilakukan. Ke depan masalah kendali internal harus ditingkatkan.”
Dalam meningkatkan kehati-hatian, BPR juga diwajibkan untuk memiliki pedoman penyaluran kredit untuk menghindari pembiayaan macet dan fraud akibat pinjaman fiktif.
Hingga akhir Desember 2011, penyaluran kredit industri BPR meningkat bersih sebesar Rp7,25 triliun atau 21,45%, menjadi Rp41,1 triliun dibandingkan dengan sebelumnya Rp33,84 triliun.
Adapun dana pihak ketiga yang dikelola tumbuh sedikit lebih banyak dari penyaluran kredit, yakni sekitar 22,04%, menjadi Rp38,21 triliun dibandingkan dengan sebelumnya Rp31,31 triliun.
Sebagian penyaluran kredit dibiayai dengan program linkage yang mencapai Rp6,42 triliun, naik dibandingkan dengan sebelumnya Rp4,74 triliun. Adapun total aset BPR pada akhir 2011 mencapai Rp55,8 triliun dari sebelumnya Rp45,74 triliun. (Bisnis Indonesia)
0 komentar:
Posting Komentar