Sedapnya Mie Ayam Sehat Warna-Warni WASEGI

Pengen merasakan kelezatan Mie Ayam ini ? Anda dapat merasakannya di Foodcourt Yogya Toserba Sukabumi Lantai 3

Galeri Online Produk UMKM Sukabumi

Sekarang cari oleh-oleh produk khas Sukabumi semakin mudah dengan telah diluncurkannya galeri/toko online lengkap produk UMKM Sukabumi. Anda bisa mengunjunginya di : www.ProdukSukabumi.com

Dinamika Bisnis Anda Bisa Ditampilkan Disini

Dinamika bisnis anda di Sukabumi dapat ditampilkan dalam website ini. Anda dapat mengirimkan informasi bisnis melalui alamat email : redaksi@bisnissukabumi.com

Dinamika Bisnis Anda Bisa Ditampilkan Disini

Dinamika bisnis anda di Sukabumi dapat ditampilkan dalam website ini. Anda dapat mengirimkan informasi bisnis melalui alamat email : redaksi@bisnissukabumi.com

Galeri Online Produk UMKM Sukabumi

Sekarang cari oleh-oleh produk khas Sukabumi semakin mudah dengan telah diluncurkannya galeri/toko online lengkap produk UMKM Sukabumi. Anda bisa mengunjunginya di : www.ProdukSukabumi.com

30 April 2011

Perbankan Jangan Persulit UKM

Sukabumi -- Walikota Sukabumi, HM Muslikh Abdussyukur meminta pihak perbankan agar memberikan kemudahan kredit bagi usaha kecil menengah (UKM). Pasalnya, kehadiran UKM sudah terbukti mampu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat. Bahkan sektor usaha kecil selama ini telah membantu pemerintah daerah dalam penyerapan tenaga kerja.
Penegasan itu disampaikan Walikota saat dalam sambutanya di acara Pelatihan Indigopreneur UKM yang berlangsung di Hotel Taman Sari Kota Sukabumi, Selasa (26/4) kemarin. Kegiatan ini digelar atas kerjasama PT Telkom Indonesia, Jurnal Nasional, dan Kadin Kota Sukabumi.
”Hanya dengan modal Rp 5 juta saja, sektor UKM sudag bisa mempekerjakan minimal tiga orang. Apabila modalnya lebih besar, kemungkinan tenaga kerja yang bisa terserap akan lebih banyak lagi,” kata Muslikh.
Menurut Muslikh, pemberian modal UKM sebenarnya sudah disediakan pemerintah melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Fakta di lapangan masih banyak ditemukan UKM yang mengeluh saat mengajukan kredit melalui perbankan. Salah satu alasannya karena terbentur persyaratan administrasi yang kurang lengkap.
”Kelengkapan administrasi memang penting. Namun jangan sampai persoalan ini menjadi hambatan bagi UKM yang punya itikad baik untuk mengembangkan usahanya. Sebab modal usaha UKM ini tidak terlalu besar,” tandas Muslikh.
Pendapat yang sama disampaikan Ketua Kadin Kota Sukabumi, Andri L. Kusuma. Menurutnya, masih banyak UKM yang kinerjanya bagus sehingga layak mendapatkan batuan modal usaha. Namun pihak perbankan terkadang ketakutan modal yang diberikan kepada UKM akan menimbulkan kredit macet.
Direktur Utama PT Media Nusa Pradana yang juga Pemimpin Umum Jurnal Nasional, N. Syamsuddin Ch Haesy mengakui banyak UKM yang antri untuk mendapat kredit perbankan. Tetapi keinginan sektor UKM untuk memperkuat modal usahanya ini selelu terbentur sikap perbankan. Justru perbankan lebih condong memberikan pinjaman bagi usaha berskala besar.
”Orang kecil itu biasanya mengajukan pinjaman modal untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. Beda dengan kalangan pengusaha besar. Mereka mengajukan pinjaman justru untuk memperkaya diri sendiri,” kata Haesy yang langsung mendapat aplous dari sekitar 100 lebih peserta Pelatihan Indigopreneur.

= Rojab ASy’ari
rojaba@jurnas.com

20 April 2011

Mengintip Pengusaha Piscok Sukses

Bermula dari imajinasi,  Wisynu (35) pengusaha Pisang Cokelat (Piscok) dari Kecamatan Warudoyong  Kota Sukabumi ini mampu mengolah makanan yang asalnya biasa menjadi luar biasa. Tanpa mengenal menyerah, usahanya dijalankan dengan senang hati dan tanpa keluh kesah. Dalam jangka waktu lima tahun, makanan hasil kreasinya telah mampu menyedot banyak pelanggan dan meraup omset ratusan juta rupiah.
Pada pertengahan 2006, setelah lulus kuliah komputer di Jakarta, Wisynu pun pulang ke Sukabumi. Dirinya mulai mencoba untuk menekuni kerajinan pengolahan makanan. Makanan yang diolahnya adalah pisang dan cokelat. Dirinya terinspirasi dari usaha yang dijalankan oleh adiknya di Jakarta. Kebetulan adiknya telah menekuni usaha pisang aroma sejak lama. Dengan usaha yang digelutinya tersebut, adiknya ternyata mampu membiayai perkuliahan.
Terinspirasi dari pisang aroma olahan adiknya, tidak lantas Wisynu meniru atau menjiplak begitu saja. Dirinya berpikir inovatif, bagaimana agar makanan yang diolah bisa berbeda dan membuat orang menyukainya. Idenya pun muncul setelah menonton film yang berjudul "I Like Coocking" karya Steven Chaw. "Kami mulai berkreasi, bagaimana agar olahan tampil beda dan orang menyukainya. Ide muncul dari tontonan film. Di mana di sana diceritakan bagaimana masakan yang diolah mampu meledak di mulut. Sehingga orang merasa ketagihan," tuturnya kepada Radar sukabumi kemarin. Di tempat kost-nya di Jalan Skip Kelurahan Sriwedari Kota sukabumi, Wisynu yang masih lajang memulai memproduksi pisang cokelat. Hasil produksinya dititipkan ke warung-warung atau kantin sekolah terdekat. Kemasannya pun tidak seperti sekarang. Dulu masih sederhana, pisang cokelat hanya dibungkus dengan plastik."ketika itu, kami bertahap dalam membuat pisang cokelat. Dari 35 biji, sampai 75 biji, maksimal 125 biji. Kami titipkan ke warung-warung atau kantin sekolah terdekat," paparnya. Tujuh bulan kemudian, Wisynu mampu memproduksi pisang cokelat sejumlah 1.150 biji. Piscok sebanyak itu ditipkan di 22 rekanan yang ada di tiap warung dan kantin sekolah yang ada di Kota Sukabumi. "Mulai kami bekerjasama dengan pemilik warung atau penunggu kantin sekolah. Kami jadikan sebagai rekanan," ujarnya.
Bukan tanpa risiko, usaha yang dijalankan Wisynu tersebut. Piscok yang dijajakan oleh rekanan yang ada tiap kantin sekolah, biasanya tidak habis apabila sekolahnya libur. "Resiko selalu ada. Kalau sekolah ada kegiatan atau libur, biasanya dagangan nggak habis. Kalau dijual untuk hari esoknya, takut reject atau basi," ceritanya. Di tahun 2007, Wisynu pun menghabiskan masa lajangnya. Dengan gerobak es bekasnya, kemudian dirinya melanjutkan usahanya dengan berjualan Piscok di sekitar Wilayah Jalan Arief Rachman Hakiem. Di tempat itu, dirinya melakukan rutinitas berjualan selama tujuh bulan. "Dengan gerobak seharga Rp500 ribu, kami menjajakan Piscok dari Pukul 09.00 pagi sampai Pukul 09.00 malam. Pernah dalam seharian hanya mendapatkan uang sebesar Rp32 ribu," ujarnya. Berbekal ilmu dari pelatihan tentang branding, Wisynu pun mengubah pola usahanya dengan menjalankan manajemen marketing dan standar operasional. Dirinya pun memutuskan untuk berpindah lokasi dalam menjual hasil produksinya. Pada tahun 2009 akhir, maka dipilihlah kios sewaan yang ada di dekat Toserba Tisera, di Jalan Arief Rachman Hakiem. Nama kiosnya adalah Cakra. Sehingga orang biasa menyebut Piscok Cakra. Dibantu dengan 20 orang karyawan, ketika itu mampu meraup omset Rp150 juta dalam tiap bulannya. Namun pada tahun 2010 mengalami penurunan omset, menurutnya disebabkan oleh banyaknya alokasi di luar anggaran usaha. Kini omsetnya mencapai Rp100 juta per bulan, dengan karyawan sebanyak 12 orang. Jenis makanan produksi Cakra di antaranya, yaitu: Pisang Cokelat, Cokelat Saja, Pisang Saja, Pisang Keju dan original. Harganya berkisar dari Rp6 ribu sampai Rp24 ribu. "Coba saja, enak pasti rasanya," ujar salah seorang pelayan Cakra, Diah kepada Radar Sukabumi sore kemarin. (*) 

19 April 2011

BPR Pasar Sukabumi Ajukan Modal Rp 15 Miliar

SUKABUMI -- PD Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pasar Sukabumi untuk tahun ini nampaknya belum bisa untuk membuka kantor cabang pembantu di beberapa titik di wilayah Sukabumi, diantaranya Kecamatan Cisaat dan Cibadak. Hal tersebut dikarenakan saat ini anggaran untuk membuka Kantor Cabang (Kacab) Pembantu belum ada. Meski demikian, tahun depan pihaknya akan  mengupayakan pendirian kacab tersebut.
Hal tersebut diutarakan Direktur Utama (Dirut) BPR Kota Sukabumi, Yudi Permadi seusai dirinya  dikukuhkan kembali menjadi Dirut BPR Kota Sukabumi hingga tahun 2015 pada pelantikan di Gedung Juang 45 Kota Sukabumi(15/4).
Dijelaskannya, rencana membuka kacab pembantu tersebut sebagai upaya untuk menarik nasabah luar Kota Sukabumi. Mengingat saat ini persaingan di dunia perbankan sudah sangat kompetitif. "Tahun depan kami optimis dan terus mengupayakan agar pendirian kacab pembantu ini bisa terlaksana,"tuturnya kepada Radar Sukabumi.
Berdasarkan data yang dihimpun Radar Sukabumi dari PD BPR Pasar Sukabumi, untuk meningkatkan modal dasar di tahun 2011 ini, PD BPR Pasar Sukabumi mengajukan modal dasar kepada Pemerintah Kota Sukabumi sebesar Rp 15 miliar. Nantinya dengan dana sebesar itu, selain diperuntukkan bagi modal dasar juga digunakan untuk membiayai pembangunan gedung baru yang lebih representatif dibandingkan bangunan saat ini.
"Nanti pada tahun 2012, kami berencana membuka kantor cabang pembantu di wilayah kecamatan Cisaat dan Cibadak,"tuturnya.
Dijelaskan Yudi, pengajuan modal dasar sebesar Rp 15 miliar di tahun ini lebih besar dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp 5 miliar. Berdasarkan data di tahun 2010, jumlah total kredit yang disalurkan BPR Kota Sukabumi sebesar Rp 17,5 miliar untuk bidang perdagangan, home industri, jasa dan profesi. Dengan presentase sekitar 40 persen kredit disalurkan kepada PNS dan 60 persen untuk umum.
Adapun jumlah nasabah BPR Sukabumi sebanyak 1.050 nasabah, serta nasabah yang menabung sebanyak 500 orang dan deposan 200 orang. "Kebanyakan nasabah yang meminjam dana, sekitar 10 persen digunakan untuk investasi dan 90 persennya digunakan untuk modal kerja," ujarnya.
Menurut Yudi, saat ini persaingan antara bank untuk menggaet para nasabah begitu gencar dilakukan, baik dengan cara promosi produk maupun langsung jemput bola ke bawah. Sehingga membuat pihaknya juga ikut melakukan berbagai terobosan untuk menarik nasabah baru, salah satunya dengan menurunkan suku bungan setiap peminjaman kredit.
Dimana kredit umum mikro bunganya sebesar 1,8 %, SUP 1,625 % efektif dan KUR 1,833 % efektif. Rata-rata para nasabah mengajukan kredit selama 3-5 tahun, dengan jumlah pinjaman yang diberikan oleh BPR Kota Sukabumi mulai dari Rp. 1-200 juta. Bahkan untuk kredit profesi yang dikucurkan bagi PNS dilingkungan Pemkot Sukabumi pada tahun 2010 sebesar Rp. 6,8 miliar
Saat ditanya berapa laba yang dihasilkan BPR Kota Sukabumi, Yudi menjelaskan untuk tahun 2009 sebesar Rp. 1,5 miliar dan tahun 2010 Rp. 1,7 miliar, sedangkan untuk tahun 2011 ini ditargetkan meraih laba sekitar Rp. 1,9 miliar. (sri)

Geliat Pengusaha Kripset Sukabumi

Rasanya yang Pedas Mampu Merambah Australia
Peluang pasar Keripik Setan (Kripset) yang menjanjikan dan terbuka lebar, membuat Dindin Solehudin (37) mengambil suatu keputusan. Dirinya berhenti dari pekerjaannya sebagai sales (penjaja), untuk beralih menjadi seorang pengusaha kripik setan.Niatnya adalah menuju penghidupan yang mandiri, membuka lapangan pekerjaan baru dan pengentasan kemiskinan.
Memasuki gang di wilayah Jalan Pramuka Kelurahan Cikondang Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi, Reporter Radar Sukabumi menelusuri tempat pembuatan kripset. Sempat kami kesulitan melewatinya, sehubungan gang tidak bisa dilalui oleh sepeda motor secara lalu lalang. Sepintas mungkin orang tidak akan mengira,di pinggir gang yang sesempit itu akan ditemui  seorang pengusaha sukses. Pengusaha tersebut ternyata adalah Dindin Solehudin atau akrab disapa Dindin, yang kemudian dengan kesahajaannya bertutur tentang petualangannya selama berbisnis. 
Setelah Dindin menikah dengan wanita pujaannya Ria Harmonis,dirinya tidak tinggal diam untuk mencari penghidupan. Ketika itu, tepatnya awal September 2008 didapatilah pekerjaan sebagai sales. Setiap hari ia menjajakan kripik setan, yang diproduksi oleh pabrik milik pengusaha terkemuka di Kota Sukabumi."Kami ketika itu ngampas kripset ke warung-warung yang ada di Kota Sukabumi," tuturnya dalam  mengawali kisahnya. 
Dengan bakat dagang dan kepiawaiannya berkomunikasi, barang yang dijajakan Dindin pun mampu laku terjual."Ya, rata-rata delapan bal laku terjual dalam setiap harinya," lanjutnya. Dindin yang memiliki insting dalam berbisnis, rupanya mulai membaca peluang pasar. "Barang tersebut mulai populer dan mulai disukai oleh para konsumen. Rupanya rasa gurih dan pedasnya yang membuat orang ketagihan," sambungnya. 
Selanjutnya, terbesitlah di benak Dindin untuk membuka usaha sendiri. Selang beberapa bulan kemudian, ia memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai sales. "Kami kemudian memulai untuk memproduksi kripset,ketika itu masih dikerjakan secara manual. Berbeda dengan sekarang, mulai dikerjakan dengan mesin. Namun, alhamdulillah hasil produksi dan penghasilan usaha kian meningkat, " katanya. 
Setelah mendapatkan pinjaman modal sebesar Rp20 juta, pada 2009  Dindin kemudian merekruit karyawan dan mendirikan pabrik pengolahan kripset. "Di areal tanah milik orang tuanyah, Dindin kemudian mendirikan pabrik," sahut karyawannya, Asep Kusniadi. Dibantu 20 orang karyawan, Dindin mampu memasarkan hasil produksinya ke Bekasi, Tangerang, Jakarta bahkan Australia. "Untuk pemasaran, 90 % ke luar daerah. Sengaja kami mengurangi pemasaran di wilayah Kota Sukabumi, kan kasihan dengan pengusaha setempat. Mereka kan membutuhkan pelanggan," pungkasnya. (*)

15 April 2011

Perajin Manisan Pala Sukabumi Kebanjiran Order

SUKABUMI -- Para perajin manisan pala di Sukabumi terus kebanjiran order, seiring banyaknya permintaan dan kebutuhan pasaran lokal.
Manisan pala yang merupakan camilan tradisional khas Sukabumi itu, banyak diminati karena diyakini bisa meningkatkan stamina dan netralisir perut kembung. Sehingga sangat cocok dikonsumsi setiap hari.
Menurut Marsiti, salah seorang perajin manisan pala di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi, memasuki tahun 2011 manisan palanya meningkat tajam.
"Bila pada hari-hari biasanya kami hanya mengolah 10 kilogram pala basah. Namun saat ini ia mampu mengolah hingga 100 kilogram pala basah,"terangnya.
Meski meraup keuntungan besar, namun bagi perajin manisan pala tidaklah semudah yang dibayangkan. Pertama-tama pala basah direbus setengah matang lalu dikupas kulitnya. Kemudian daging pala dipotong-potong menyerupai kipas dan ditekan dengan kain untuk mengurangi kadar airnya.
Setelah dikeringkan, pala itu lalu direndam dengan gula pasir hingga dua hari, lalu dikeringkan kembali dan siap dipasarkan. Harga manisan pala itu Rp 25 ribu per kilogram.
Senada juga dikatakan perajin manisan pala lainnya, Rosiana Sari warga Kelurahan Gunung Puyuh Kota Sukabumi. "Alhamdulillah tahun ini pesanan meningkat, karena buah pala bisa diolah berbagai bentuk. Selain manisan, airnya bisa dijadikan minuman sari pala, rempang pala dan lainnya," kata.
Masyarakat pun saat ini sudah banyak yang senang mencicipi buah pala. "Buah pala sekarang sudah terkenal kemana -mana dengan rasa yang khas. Selain dipakai untuk buah tangan bagi warga yang datang, manisan pala itu biasanya juga dihidangkan di rumah,"pungkasnya.(sri)

Melirik Bisnis Karangan Bunga yang Menjanjikan

Sukabumi -- Diawali niat untuk menambah penghasilan keluarga, Chen Chen (38), Warga Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Gunungpuyuh Kota Sukabumi, akhirnya terjun untuk menggeluti usaha sebagai pengrajin karangan bunga. Dengan kekuatan relasi bisnis yang dibangunnya secara terus-menerus, usahanya pun berhasil dan mampu bertahan sampai sekarang. Alhasil, kini dirinya menjadi wanita pengusaha yang sukses.
Pada tahun 2000, di kios kontrakannya yang terletak di Jalan Sudirman Kota Sukabumi, Chen Chen mulai menekuni usaha karangan bunga. Dengan dibantu satu orang karyawan, dirinya siap menerima pesanan. Ketika itu pemesan yang datang belum banyak seperti sekarang, hanya beberapa pemesan saja yang datang dalam tiap minggunya. "Waktu itu, kami juga membuka usaha sewa tanaman hias. Hal ini untuk menambah penghasilan. Pada awalnya, penghasilan dari karangan bunga belum bisa diandalkan," tuturnya kepada Radar Sukabumi sore kemarin. Sehubungan sembari mengurus anak dan keluarganya, pada tahun 2006, Chen Chen kemudian memusatkan pengelolaan kerajinan karangan bunga di rumahnya. Rumahnya terletak di Jalan Sriwijaya Kota Sukabumi. "Anak-anak kami kan masih kecil. Sementara ayahnya kan sibuk kerja di luar. Ya, kami konsentrasikan saja usaha ini di rumah. Mereka kan generasi penerus," ujar ibu tiga anak ini.
Di rumahnya, Chen Chen yang kemudian dibantu oleh tiga karyawan, bekerja membuat karangan bunga sesuai dengan pesanan. Pemesan yang datang dari berbagai kalangan, diantaranya Kapolres Kota Sukabumi, Pemkot Sukabumi, Kejari Kota Sukabumi, dll. Jenis karangan bunga yang dipesan biasanya yaitu steak werk (papan nama). Karangan bunga tersebut digunakan untuk keperluan hajatan pernikahan, ucapan selamat ulang tahun, pelantikan, dsb. Adapun bunga, Chen Chen datangkan dari Selabintana kabupaten Sukabumi. "Dari berbagai kalangan, dan untuk berbagai jenis acara, karangan bunga ini di buat," terang salah seorang karyawan Chen Chen, Mulyana.
Dalam setiap bulannya, jumlah jenis karangan bunga yang dapat dibuat Chen Chen dan karyawannya rata-rata empat puluh buah. Adapun kisaran harga tertinggi untuk papan nama, di atas Rp350 ribu.  "Untuk pengerjaan satu papan nama, kami membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam. Selain papan nama, kami pun menerima pesanan bunga meja yang harganya Rp15 ribu ke atas. Hanya dalam seperempat jam, bunga meja dibuat. Untuk harga, kalau pesannya banyak, tenang ada diskon!", tutur Chen Chen. Menurut Chen Chen, usaha yang digelutinya, tidak pernah jatuh. "Kami nggak hanya terima pesanan karangan bunga saja. Kalau ada yang memesan cathering pun, kami siap. Dalam hal laba, kami nggak berpikir besar atau kecil. Hal terpenting adalah sejauhmana usaha ini mampu bertahan, di tengah persaingan yang semakin ketat," ujarnya. Kini omzet yang diperoleh Chen Chen, dalam setiap bulannya sebesar Rp20 juta. "Bersyukur kepada Tuhan, berkat kerja keras dan ketekunan usaha selama ini, kami berhasil. Ketiga anak kami pun bisa bersekolah," pungkasnya. (*)    


Sukabumi -- Kawanua Florist pelopor fresh flower shop atau toko bunga segar di Kota Sukabumi, tetap bertahan hingga saat ini meski telah hadir toko-toko bunga lainnya di Kota Mochi ini. Bagaimana kiatnya dalam menghadapi persaingan yang begitu ketatnya?
Pagi itu, setumpukan bunga segar yang baru dipetik dari kebun di wilayah Salabintana Sukabumi membuat fikiran menjadi tenang. Warnanya yang beraneka menjadikan konsumen tertarik untuk membelinya. Selain bisa dijadikan hiasan pot, bunga-bunga ini juga bisa ditata menjadi bunga papan yang mampu memberikan makna sesuai dengan keinginan pelanggannya. 
Ternyata bunga segar inilah yang selama ini menjadi andalan Kawanua Florist Sukabumi
 dalam memasarkan bisnisnya dalam bentuk karangan bunga.
Bagian pemasaran Kawanua Florist Sukabumi, Nawa Olivia mengatakan dengan mengandalkan bunga yang masih segar dan hidup atau fresh flower untuk ucapan peresmian, pernikahan, ulang tahun serta duka cita membuat toko bunga yang berlokasi di Jalan Jend. Sudirman 96 Kota Sukabumi ini tetap semakin diminati. 
"Melihat toko bunga di Kota Sukabumi yang makin menjamur, otomatis kita harus bisa mempertahankan pelanggan. Berbagai desain pun dilakukan para pemiliknya, termasuk Kawanua Florist,"katanya.
Hal itu dilakukan sebagai bentuk kepuasan bagi para pelanggan, karena bunga kerap menjadi bagian dari setiap seremoni dalam kehidupan manusia.
"Dengan menanam keyakinan bekerja harus dengan tulus dan memberikan pelayanan terbaik, sampai saat ini Kawanua Florist telah memiliki banyak pelanggan baik dari Kota Sukabumi maupun luar Kota Sukabumi. Kita punya keyakinan bisnis kerja harus dilakukan dengan tulus dan memberikan pelayanan yang terbaik," katanya saat ditemui Radar Sukabumi, kemarin.
Meski banyak pesaing yang bermunculan di Sukabumi, pihaknya tidak merasa tersaingi. Karena masing-masing toko bunga sudah memiliki pelanggan masing-masin. Yang terpenting, lanjut  gadis berambut panjang ini, tetap mempertahankan kualitas terbaik agar pelanggan tetap memesan bunga di Kawanua Florist ini.
"Kita mendatangkan bunga yang baru dipetik dari perkebunan yang ada di Sukabumi. Tenaga perangkainya pun cukup ahli dibidangnya, sehingga desain kreasi bunga di Kawanua Florist ini tentunya akan berbeda dengan toko bunga lainnya dan tentunya produk bunga kami lebih awet bisa tahan hingga satu mingguan, " terangnya.
Menurutnya untuk memuaskan pelanggan, produk rangkaian bunga yang akan dijual selalu disesuaikan dengan keinginan konsumennya. Bahkan kelebihan yang ditawarkan Kawanua Florist ini, rangkaian bunga yang dipesan bisa diantarkan ke tempat tujuan. "Jadi kami selalu memposisikan konsumen itu adalah raja,"tuturnya.
Supaya kreasi bunga yang didesain semenarik mungkin. Manajemen Kawanua Florist menyediakan bunga papan, bunga meja, bungan tangan dan dekorasi dengan bahan baku bunga segar.
"Paling banyak dipesan Bunga Papan dan Bunga Meja, karena untuk berbagai ucapan mulai dari ucapan ulang tahun, hingga ucapan peresmian,"ujarnya ramah.
Untuk memanjakan pelanggannya, Kawanua Florist menawarkan harga yang cukup terjangkau. Khusus untuk jenis Bunga Meja, ditawarkan mulai dari harga Rp 50 ribu-Rp 300 ribu.
Sementara itu, salah seorang konsumen Lidyawati menyatakan kepuasannya."Bunga yang saya beli disini memang beda ya dengan toko lain. Disini bunganya lebih awet tidak cepat layu dan warna dan jenis bunganya pun sangat kontras dan banyak pilihan. Ya, kalau masalah harga itu terjangkaulah dan lebih murah sesuai dengan bunga yang kita pesan,"pungkasnya.(*) 

10 April 2011

Pesta Rakyat Simpedes BRI Meriah

SUKABUMI -- Ramai, spektakuler dan meriah. Begitulah suasana Pesta Rakyat Simpedes (PRS) BRI  yang diadakan di Lapangan Batalyon Artileri Medan (Yon Armed) Cikembang Kabupaten Sukabumi, kemarin. Sebuah perhelatan akbar yang memanjakan para nasabah BRI diisi rangkaian acara hiburan seperti pagelaran tari dan musik tradisional Sunda serta aneka permainan.
Berbeda dengan perayaan biasa, pesta ini  merupakan apresiasi Bank BRI kepada masyarakat pedesaan yang selama ini telah menjadi nasabah setia Tabungan Simpedes, tabungan khusus bagi rakyat pedesaan yang diluncurkan sejak 1984 dan melegenda hingga saat ini. Pimpinan Cabang BRI Sukabumi, Hari Purnomo, komunikasi produk Tabungan  Simpedes telah cukup lama belum memiliki strategi komunikasi yang pas dan menyentuh rakyat banyak.
“Kita coba revitalisasi pengundian hadiah Simpedes dengan melakukan branding dan komunikasi pemasaran produk Simpedes lebih akbar, spektakuler, serta terintegrasi dengan melakukan Pesta Rakyat Simpedes yang  dilakukan secara bergiliran di seluruh Kantor Cabang BRI di Indonesia,” ujarnya kepada Radar kemarin.
Pesta Rakyat Simpedes juga melibatkan berbagai kesenian, potensi dan budaya lokal yang ada di masyarakat setempat, Seperti dari Siswa Siswi SMA dari Kabupaten Sukabumi,  sebagai wujud penghargaan Bank BRI kepada berbagai keragaman dan potensi yang ada dalam masyarakat.
Menurut Hari Purnomo, selain spektakuler dan akbar, Pesta Rakyat Simpedes juga unik karena menampilkan aneka kegiatan bukan hanya dalam bentuk kesenian semata tetapi juga pesta rakyat dalam arti yang sebenarnya. Setiap event Pesta Rakyat Simpedes setidaknya dilakukan empat hal. Pertama, mengadakan pasar murah yang diikuti oleh para pedagang yang menjadi nasabah BRI. Di sini para pedagang diberikan stand gratis untuk menjual aneka produk yang dapat ditawarkan kepada pengunjung acara. Kedua, melakukan pawai yang diikuti oleh masyarakat, pelajar, tokoh-tokoh masyarakat setempat, serta para nasabah. Ketiga, membuka panggung. Di panggung inilah berbagai aktraksi kesenian lokal ditampilkan. Yang suka bernyayi, boleh langsung menyumbangkan suaranya. Begitu juga Diramaikan oleh artis artis lokal dan artis KDI. Keempat, panen hadiah. Di acara inilah sekaligus diselenggarakan acara pengundian hadiah bagi para nasabah Simpedes, dan Uang tunai kaget.
"Berbagai hadiah disediakan oleh BRI mulai dari uang tunai, mobil, motor, dan ratusan produk elektronik lainnya. Benar-benar meriah, benar-benar spektakuler. Mengenalkan Simpedes,"tuturnya.
Selain sebagai wahana hiburan bagi masyarakat, khususnya yang berada di daerah-daerah, Pesta Rakyat Simpedes juga menjadi wahana memperkenalkan produk Simpedes kepada masyarakat. Bagi para penabung yang pertama kali membuka rekening Simpedes diberikan aneka hadiah dan uang tunai  dan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan hadiah-hadiah yang akan diundi pada saat Pesta Rakyat Simpedes digelar.
Pesta Rakyat Simpedes direncanakan menjadi agenda rutin setiap semester di Kanca BRI terkait dengan program penarikan undian Simpedes.  Dalam jangka panjang diharapkan menjadi semacam traditional event atau icon kegiatan di wilayah kerja Kanca BRI setempat yang bertujuan untuk menyegarkan kembali  brand produk Simpedes sehingga menimbulkan citra baru Simpedes yang lebih baik, membangun dan meningkatkan loyalitas nasabah BRI Unit terhadap tabungan Simpedes, serta menjawab tantangan persaingan dan menegaskan posisi BRI sebagai market leader di sektor mikro di  Indonesia. Tambahnya, Acara ini juga sebagai pernyataan bahwa produk Simpedes masih menjadi prioritas utama dalam kegiatan bisnis BRI.
Sementara itu, berdasarkan data yang diperoleh dari BRI Cabang Sukabumi, hingga akhir Februari 2011, BRI Cabang Sukabumi telah membuka 3 Teras, yakni di Pasar Pelita I, Pasar Cisaat dan Pasar Lettu Bakri (Teras Pasar Pelita II,red). Dana masyarakat yang masuk ke Teras Pasar Pelita I bisa mencapai Rp 1.176 miliar dengan jumlah nasabah penabung sekitar 364 orang. Dan nasabah peminjam sekitar 290 orang, dengan total pinjaman Rp 2.466 miliar. Sedangkan dana yang mampu diserap Teras BRI Cisaat sebagai dana simpanan mencapai Rp 606 juta dari 224 penabung, serta total pinjaman mencapai Rp 1,745 miliar dari 395 peminjam.
“Saya berharap dalam semester berikut sampai akhir tahun 2011 ini dapat terkumpul lebih banyak nasabah lagi seperti yang diharapkan, “ ujar Hari Purnomo.
Pesta Rakyat Simpedes selalu diselenggarakan selama 1 hari 1 malam, setiap hari Sabtu dan Minggu. Benar-benar pesta yang meriah.
Kendatipun, acara yang digelar di Lapang Yon Armed Cikembang tersebut rencananya dihadiri seluruh Muspida Kota dan Kabupaten Sukabumi dan Kepala kantor Wilayah BRI Bandung. Peserta yang hadir seluruh nasabah BRI yang mengunakan layanan BRI Simpedes, dari 23 unit BRI dan 3 Unit kantor Kas di Kota dan Kabupaten Sukabumi.
"Acara ini untuk mendekatkan hubungan nasabah dan pengelola bank serta sejumlah muspika yang ada di Sukabumi, terhadap layanan jasa keuangan yang kami tawarkan," paparnya.
Dalam kegiatan tersebut rencananya BRI Sukabumi telah mempersiapkan ratusan hadiah untuk dibagikan. Bentuk hadiah yang akan diberikan  diantaranya, 26 Setrika, 26 kompor gas, 26 televisi ukuran 14 inci, 26 televisi ukuran 21 inci, 4 buah televisi Layar LCD, ratusan barang elektronik, 50 door prize, 25 uang kaget 5 motor Sucuki Swift dan hadiah utama 1 unit mobil Suzuki AVP.
"Memang akan banyak hadiah yang kami berikan untuk para peserta kegiatan yang juga nasabah setia BRI Simpedes," pungkasnya. (rp5)

Melihat Profil UKM Peserta Pameran Hari Jadi Kota Sukabumi

Sukabumi -- Penemuan kompor dengan bahan bakar spirtus yang diproduksi Sabrina Collection ini sekaligus untuk mengantisipasi krisis energi serta kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama setelah dilakukan pencabutan subsidi minyak tanah. Bagaimana ceritanya? 
Kenaikan harga minyak tanah dan sulitnya masyarakat mendapatkan bahan bakar itu, mengilhami Deni Solahudin (35) asal Kecamatan Warudoyong Kota Sukabumi, membuat kompor dengan bahan bakar spirtus.
Penemuan kompor dengan bahan bakar spirtus ini ternyata memiliki beberapa kelebihan dibanding kompor dengan bahan bakar minyak tanah. Selain lebih hemat, tidak berjelaga, kopor ini juga cepat panas.
"Kompor spirtus ini lebih aman dan apinya biru," kata Deni yang juga owner Sabrina Collection Sukabumi kepada Radar Sukabumi saat ditemui disela-sela pameran produk UKM dalam memperingati Hari Jadi Kota Sukabumi ke-97 di Gelanggang Olah Raga (GOR) Merdeka Kota Sukabumi, kemarin.
"Saya merintis pembuatan kompor spirtus ini sejak satu tahun lalu dan mempekerjakan masyarakat sekitar rumah,"ujarnya.
Kelebihan kompor ini, lanjut Deni hanya dengan memakai 1 liter spirtus, bisa dipakai untuk menanak nasi, menggoreng makanan, dan memasak air. Dan spirtus yang digunakan adalah spirtus berwarna putih.
"Pokoknya lebih murah dibanding minyak tanah,"imbuhnya.
Selain itu, harga spirtus lebih terjangkau yang harganya berkisar Rp 5000/liter dibanding minyak tanah non subsidi yang harganya mencapai Rp 9 ribu-10 ribu/liternya. Kompor ciptaannya tersebut dijual ke pasaran dengan harga Rp 50 ribu/unit.
"Dalam satu tahun kemarin saja, kami sudah bisa menjual hingga 500 kompor spirtus. Dan dipasarkan di Kota/Kabupaten Sukabumi, Bandung, Bogor, Jakarta hingga ke Madura,"terangnya.
Ketika ditanya lebih rinci mengenai kompor sprtus ini, Deni belum berani menyampaikan rahasia komponen di dalam kompor yang memiliki keunggulan dibanding kompor minyak tanah.
Sementara itu Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Kadiskoperindag) Kota Sukabumi, Dudi Fathul Jawad, pihaknya siap membantu pengembangan dan pemasaran kompor berbahan bakar spirtus ini. (*)

9 April 2011

BPR Sukabumi Optimis Bisa Bersaing

SUKABUMI - Direktur Utama Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD BPR) Kabupaten Sukabumi Usep mengatakan, PD BPR Kabupaten Sukabumi siap menghadapi persaingan baru dari lembaga keuangan sejenis dan bank umum. "Dengan pembenahan manajemen dan peningkatan SDM yang terus kami lakukan, kami telah siap bersaing secara profesional untuk meningkatan pelayanan maksimal kepada masyarakat," kata Usep kepada Radar Sukabumi, kemarin.
Menurut dia, kesiapan bersaing juga akan ditunjang dengan konsolidasi sesama pengurus, sebab konsolidasi merupakan penguatan keseluruhan manajemen BPR untuk melakukan upaya penguatan organinasasi. "Kesadaran yang kuat itu tumbuh karena BPR menyadari jika persaingan bukannya semakin mudah tetapi justru semakin sulit," terangnya.
 Untuk itu jika tidak dilakukan penguatan konsolidasi dengan baik dan menerapkan prinsip perbankan secara konsekuen dan konsisten, BPR tidak mungkin mampu bersaing dengan bank lain yang ada di Sukabumi. Oleh karena itu, kata H. Usep, PD BPR beruapaya akan melakukan usaha penyehatan perbankan dan menindaklanjuti penyalahgunaan keuangan perbankan oleh karyawan atau pengurus maupun pihak-pihak lain.
 Sedangkan untuk kualitas SDM yang belum sepenuhnya memenuhi kualifikasi sesuai kebutuhan perusahaan, kata Usep, itu akan terus  dibina dan diberikan pelatihan yang berjenjang serta berkesinambungan di samping PD BPR juga harus memiliki bisnis inti yang pasti, terukur dan terarah. Strategi bisnis serta visi dan misi yang jelas maupun perencanaan perusahaan yang didamis sesuai perkembangan perekonomian. "Pembenahan manajemen serta peningkatan SDM yang dimiliki PD BPR Kabupaten Sukabumi, itu akan menjadi prioritas utama termasuk pembinaan manajemen dan SDM bagi 13 cabang yang dimiliki PD BPR Kabupaten Sukabumi," tegasnya.
 Sementara itu, Ketua Dewan Pengawas PD BPR Kabupaten Sukabumi, Deden Achadiyat mengatakan, hingga saat ini total aset yang dimiliki PD BPR, semuanya berjumlah sekitar Rp 125 miliar lebih. Jumlah itu berasal dari APBD, laba bersih PD BPR dan dominan suntikan dari luar. Adapun untuk jumlah nasabah dan peminjam Deden mengaku jika peminjam dari kalangan PNS ataupun pihak swasta, jumlahnya berimbang.
 Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sukabumi itu mengatakan, keberadaan BPR ke depannya harus lebih memberikan kontribusi bagi masyarakat yakni dalam membantu permodalan usaha. "Kami akui memang selama ini dominan peminjam ke BPR sifatnya hanya untuk konsumtif. Nah, mulai dari sekarang hal ini harus bisa diminimalisir dengan cara memperketat peminjaman," tuturnya.(wan)

7 April 2011

Jabar perlu punya Perda UMKM

BANDUNG (bisnis-jabar.com): Pemerintah Provinsi Jawa Barat perlu segera membuat peraturan daerah (perda) yang mengatur usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar pengembangan pelaku usaha lebih terarah dan bisa dipertanggungjawabkan.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Pasundan Acuviarta Kartabi mengatakan keberadaan perda sangat mendesak agar pembinaan UMKM memiliki payung hukum yang jelas, untuk kemudian diturunkan hingga ke tingkat pelaksanaan.
“Perda akan menjadi acuan bagi semua pihak dalam menjalankan program pembinaan UMKM, mulai dari peran pemerintah, hingga pelaku usaha menengah dan besar,” katanya, hari ini.
Dia menilai selama ini banyak pihak yang latah menggembar-gemborkan pembinaan UMKM, namun hasilnya sangat minim. Sebagai contoh tidak ada proteksi untuk pelaku usaha dan seretnya penyaluran kredit perbankan.
Selama ini, lanjutnya, program pemerintah daerah lebih banyak bersifat program jangka pendek, dengan dampak yang tidak signifikan.
“Kalau ada payung hukum yang jelas dan mengikat, paling tidak, semua pihak terkait akan memiliki tanggung jawab,” katanya.
Iwan Gunawan, Wakil Ketua Kadin Jabar Bidang UKM dan Kelembagaan, menambahkan adanya Perda UMKM akan membuat anggaran pemerintah daerah untuk pelaku usaha semakin jelas.
Selama ini, fokus utama anggaran pemprov antara lain untuk sektor pendidikan, kesehatan, dan daya beli. Akibatnya, anggaran untuk pengembangan UMKM berpoteensi terkikis.
“Kalau ada aturannya, anggaran untuk pengembangan UMKM menjadi jelas. Selain itu, tata cara penggunaannya pun bisa disesuaikan dengan tujuan,” katanya.
Iwan mengatakan Pemprov Jabar juga sudah seharusnya mendekatkan dunia kewirausahaan dengan dunia pendidikan. Miasalnya dengan membuat kurikulum khusus kewirausahaan yang diajarkan sejak tingkat sekolah dasar.
Dia mengatakan apabila sektor UMKM tumbuh secara maksimal akan membuat pertumbuhan ekonomi semakin tinggi. Secara otomatis jumlah pengangguran pun bisa ditekan.(hh)