20 Januari 2011

Program Pengolahan Sampah di Desa Nanggerang

Tidak mesti menunggu waktu lama untuk menguasai teknik pengolahan sampah terpadu Desa Naggerang, masyakat sudah berani mencoba mempraktikkan hasil pelatihan tersebut. Kendati belum lancar membuat barang kerajianan dari sampah atau barang bekas penunjang kehidupan sehari-hari, tapi masyarakat setempat semangat, sebab tanggapan atas pelatihan tersebut akan memberikan nilai ekonomi lebih dan dapat dijadikan sebuah usaha. 

ANDRI SOMANTRI -Cicurug-- Nampak di kantor Desa Nanggerang sekelompok masyarakat sibuk dengan plastik bekas, bungkus sabun sampai kopi, ditata rapi, diukur kemudian dijahit. Kegiatan yang dilakukan merupakan bekal dari pelatihan pengolahan sampah, plastik bekas tersebut dirangkai menjadi sebuah backpack yang unik dan menarik. Selain plastik, di kantor ruangan tersebut, banyak benda yang nampak diletakan pada tempatnya, seperti ember bekas, kayu, toples, botol serta sterofoam. 
"Kepiawaian tangan terlatih mengubah benda bekas menjadi berguna, hanya perlu waktu kurang satu jam. Awalnya ember kaleng menjadi kompor, kayu menjadi bio arang sebagai bahan bakar, toples menjadi alat memasak air tanpa listrik dan dimasak. Kemudian Sterofoam yang lembek berubah menjadi keras dan dijadikan batu bata ringan dan kekuatannya tidak perlu diragukan," tutur Odri, Kooordinator pelatihan dari YPCII. 
Menurutnya, masyarakat antusias dengan barang bekas dan sampah plastik mulai diburu di desa ini, sebab masyarakat melihat pengolahan sampah ini dapat menjadi sebuah mata usaha, karena bahan yang didapatkan secara gratis, tinggal pungut tanpa modal, perkakas yang digunakan pun sederhana. "Hanya butuh kemauan saja, dan yang di harapkan pelatihan pengolahan sampah ini dapat memberikan manfaat sekarang memang demikian," ulasnya. 
Salah seorang warga yang mengikuti pelatihan, Uyum mengaku kegiatan pengolahan sampah ini kini menjadi kerajinan di rumahnya. Ia yang lumayan piawaian membuat figura foto dari kulit telur dan pot bunga dari tempurung kelapa sudah melihat bahwa kegiatan ini sebuah bisnis. "Saya sudah mencoba memasarkan kerajinan ini ke tetangga hasilnya ada yang tertarik membeli, lumayan untuk biaya sehari-hari," katanya. 
Yang tertarik dengan barang olahan sampah ini bukan hanya masyarakat saja, Camat Cicurug, Zaenul juga demikian, menurutnya sampah bekas seperti palstik, sterofoam dan bahan lainya banyak mengandung zat kimia yang sangat berbahaya, serta butuh waktu lama untuk mengurai sampah tersebut menjadi kompos, dengan adanya pengolahan sampah ini membantu penguraian sampah, namun tidak di urai dengan tanah tetapi di pakai untuk keperluan sehari-hari. "Saya tertarik pengolahan sampah ini, unik dan kreatif, serta memberikan nilai tambah ekonomi dan mata usaha," tukasnya.(*) 

0 komentar:

Posting Komentar