25 Januari 2011

Habisnya Era Manis Bisnis Warnet

Usaha warnet yang berkembang pesat sejak  tahun 2007-2010, karena bomingnya facebook, Twitter dan media soscial lainnya , saat ini mulai bertumbangan, karena maraknya usaha sejenis  dan turunnya tingkat kunjungan ke warnet.
Disepanjang jalur tagog sampai Jatinangor hanya ada  3 warnet pada tahun 2007. Tingginya ulasan media massa tentang facebook, membuat pengunjung warnet  membeludak, bahkan dibeberapa tempat sempat ada  daptar tunggu ,kondisi  didukung dengan mudahnya layanan Telkom speedy  untuk buka usaha warnet, membuat banyak pengusaha berlomba-lomba membuka usaha  warnet dengan rata-rata 10 unit.
Saya coba kunjungi dan amati satu persatu warnet yang ada, kemudian ngobrol sana-sani, pada tahun 2008-2009 pendapatan harian lumayan. Dengan tarif 3000/jam dengan tingkat keterisian 10 jam/perhari, maka 10 unit computer akan memberikan pemasukan sekitar Rp 300 ribu/hari.  Apalagi di daerah perumahan yang jaringan Telkom belum ada, ada yang mencapai pendapatan 500 ribu/hari.
Sementara biaya yang dikeluarkan relatifr ringan, biaya speedy Rp 850.000, pegawai 2 orang Rp 1.600.000, listrik 60 ribu, biaya perawatan Rp 300 ribu, kontrakan Rp 1000.000,  jadi total biaya hanya Rp 3.750.000. Bila asumsi pendapatan Rp 9000.000 saja,  pengusaha bisa mendapatkan laba Rp 5.250.000/ bln
Dengan Investasi awal berkisar 40-50 juta, dalam satu tahun bisa balik modal.  Tidak heran  sejak tahun 2008-2009, jumlah warnet berkembang luar biasa, bahkan pada tahun 2009, dari tagog sampai Jatinagor Bandung  ada penambahan   15 warnet lebih, belum lagi yang ada diperumahan.
Persaingan usaha yang kian berat, membuat biaya tarif turun, menjadi 2500/jam, belum lagi ada bonus tambahan satu jam bila jumlah pemakaian perhari lebih dari 3 jam.
Pelan tapi pasti, bisnis warnet mengalami kejenuhan, kondisi ini diperparah dengan gencarnya promosi Telkom speedy dengan paket murahnya, diikuti plash, IM2 dan banyak lagi yang laiinya, ditambah  dengan bomiingya HP China murah yang dilengkapi berbagai fitur yang bisa mengakses layanan internet,  dari FB, twitter, google dan laiinya.
Tidak heran banyak pengusaha warnet mengeluh dan bertumbangan, bahkan saat ini pendapatan yang biasanya diatas 200 ribu, sekarang dapat 70 ribu/hari sudah biasa.
Saat ini satu persatu banyak warnet tutup, walau sempat melonjak pada awal tahun 2010 dengan boming game online, tapi itu tidak mampu menahan kejatuhan bisnis warnet.  Banyak pengusaha yang baru masuk  pada tahun 2010  rugi besar,  karena pada pertengahan 2010 tingkat keterisian sudah sangat berkurang, bahkan pada beberapa warnet, tidak lebih dari 2jam/hari/unit.
Saya kira ini sebuah pelajaran berulang yang harus dicermati oleh para pelaku bisnis, apalagi pebisnis pemula. Kecepatan dan ketepatan masuk pada suatu usaha sangat diperlukan, jangan sampai kita keceblos karena salah memprediksi masa depan tehnologi yang kian  cepat berubah dan prilaku konsumen .
Tentu kita ingat bisnis wartel yang sangat menguntungkan pada tahun 1990-2000 an, juga harus hancur karena  turunnya harga HP dan murahnya biaya percakapan yang ditetapkan operator, apalagi bila sesama operator.
Tahun 1998, tahun pertama kampung saya ada wartel, komunikasi satu arah yang dilakukan oleh Ortu bila harus menelpon anaknya dirantau yang lagi kuliah dipulau jawa  selama ini , sedikit bisa dikurangi, karena saya bisa nelpon balik, saya bisa menghubungi dulu petugas wartel dikampung, kemudian  akan disampaikan ke ortu, jadi kalau duit habis lebih cepat sampai kabar beritanya hehe.  Coba kalau pakai surat bisa 2 minggu, apalagi dikampung saya, Pak pos hanya menitipkan surat kepada kepala desa.
Saat ini dengan hanya 200 ribu rupiah, orang-orang dikampung sudah pada punya HP, biaya percakapanpun kian murah, dan seperti sudah diprediksi, wartel dikampung kamipun tinggal sebuah kenangan, sama seperti wartel-wartel lain yang telah berjasa menghubungkan Indonesia dari sabang sampai mereuke yang begitu dekat disuara, walau jarak beribu mil.
Kembali kebisnis warnet dan wartel, ini semua sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi pelaku bisnis. Bisnis wartel bisa bertahan hampir 20 tahun, bisnis warnet bomingnya hanya 5 tahun, kedepannya bisnis-bisnis seperti ini barangkali lebih singkat.
Pesan dari tulisan ini, kita harus terus mencari peluang usaha, cepat memulai, keluar pada saat pasar sudah mulai menurun. Jangan sampai juga kita memaksakan usaha yang sudah rugi, karena prilaku pasar atau tehnologi  yang sudah berubah.
Pesan ke dua, jangan pernah merasa nyaman dengan usaha yang kita punya sekarang, kita harus terus berinovasi dan terus mencari  peluang, baik pasar baru atau produk baru.
Salam Sukses.

(Penulis : Subran Holid - ekonomi.kompasiana.com)

0 komentar:

Posting Komentar