BANDUNG, TRIBUN - Perekonomian Jawa Barat sepanjang 2010 bertumbuh 6,09 persen atau hanya selisih 0,01 dibanding laju pertumbuhan ekonomi (LPE) nasional. Angka tersebut sesuai target Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang memperkirakan LPE Jawa Barat 2010 pada kisaran 6-6,5 persen.
Dibanding LPE Jawa Barat sepanjang 2009 sebesar 4,29 persen, maka LPE Jawa Barat sepanjang 2010, naik hingga 1,8 poin. Namun LPE Jawa Barat secara quarter to quarter (q-t-q) dari sisi lapangan usaha pada triwulan keempat 2010, sempat mengalami pertumbuhan minus 1,21 persen.
Kepala BPS Jawa Barat, Lukman Ismail, Senin (7/2) pagi menjelaskan, pertumbuhan tertinggi dicapai sektor jasa-jasa, yaitu sebesar 9,05, konstruksi sebesar 8,47 persen, serta sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 6,56 persen.
"Pertumbuhan paling rendah yaitu pada sektor pertanian yang mencapai minus 19,80 persen. Kemungkinan pertumbuhan negatif pada sektor ini terjadi akibat faktor cuaca ekstrim," ujar Lukman Ismail.
Kepala Seksi Neraca Konsumsi BPS Jawa Barat, Noneng Komara mengatakan, naiknya kinerja LPE Jawa Barat didukung beberapa sektor. Terutama naiknya sektor konsumsi masyarakat yang mencapai 4,56 persen.
Disusul kenaikan belanja pemerintah 0,10 persen, pembentukan modal tetap bruto 5,81 persen, inventori 3,45 persen, serta naiknya ekspor 13,64 persen.
"Sepanjang 2010, ekspor Jawa Barat meningkat 13,64 persen atau Rp 278 triliun, dibanding 2009 sebesar Rp 245 triliun. Terutama ekspor benang tenun, pakaian, mesin listrik, mesin kantor, alat telekomunikasi, dan mesin pengolah data," ujar Noneng.
Namun kenaikan ekspor tersebut dibarengi pula kenaikan nilai impor untuk pakaian, mesin listrik, mesin kantor, dan lain-lain. Noneng memperkirakan kemungkinan terkait dengan perdagangan bebas. Pertumbuhan ekspor Jawa Barat bisa lebih tinggi kalau impor bisa ditekan. (rry)
Dibanding LPE Jawa Barat sepanjang 2009 sebesar 4,29 persen, maka LPE Jawa Barat sepanjang 2010, naik hingga 1,8 poin. Namun LPE Jawa Barat secara quarter to quarter (q-t-q) dari sisi lapangan usaha pada triwulan keempat 2010, sempat mengalami pertumbuhan minus 1,21 persen.
Kepala BPS Jawa Barat, Lukman Ismail, Senin (7/2) pagi menjelaskan, pertumbuhan tertinggi dicapai sektor jasa-jasa, yaitu sebesar 9,05, konstruksi sebesar 8,47 persen, serta sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 6,56 persen.
"Pertumbuhan paling rendah yaitu pada sektor pertanian yang mencapai minus 19,80 persen. Kemungkinan pertumbuhan negatif pada sektor ini terjadi akibat faktor cuaca ekstrim," ujar Lukman Ismail.
Kepala Seksi Neraca Konsumsi BPS Jawa Barat, Noneng Komara mengatakan, naiknya kinerja LPE Jawa Barat didukung beberapa sektor. Terutama naiknya sektor konsumsi masyarakat yang mencapai 4,56 persen.
Disusul kenaikan belanja pemerintah 0,10 persen, pembentukan modal tetap bruto 5,81 persen, inventori 3,45 persen, serta naiknya ekspor 13,64 persen.
"Sepanjang 2010, ekspor Jawa Barat meningkat 13,64 persen atau Rp 278 triliun, dibanding 2009 sebesar Rp 245 triliun. Terutama ekspor benang tenun, pakaian, mesin listrik, mesin kantor, alat telekomunikasi, dan mesin pengolah data," ujar Noneng.
Namun kenaikan ekspor tersebut dibarengi pula kenaikan nilai impor untuk pakaian, mesin listrik, mesin kantor, dan lain-lain. Noneng memperkirakan kemungkinan terkait dengan perdagangan bebas. Pertumbuhan ekspor Jawa Barat bisa lebih tinggi kalau impor bisa ditekan. (rry)
0 komentar:
Posting Komentar