8 Februari 2011

Suyadi, UKM Cilok yang Ulet

Radar Sukabumi -- Makanan ringan yang satu ini sudah tidak asing bagi kebanyakan masyarakat di Kota Sukabumi. Terlebih bagi mereka yang suka asupan makanan tambahan atau suka ngemil. Penganan ini terbuat dari bahan baku kanji. Bentuknya bulat seperti bakso, dan pada umumnya berisi daging ikan. Dengan dibubuhi saus tomat atau kecap, dengan cara ditusuk seperti sate biasanya makanan ini disantap. "Cilok" (aci dicolok, Sunda), demikian orang Sukabumi  menyebut penganan tersebut.  
Makanan yang seperti inilah yang kemudian diproduksi oleh Suyadi (52), warga Kelurahan Selabatu, Kecamatan Cikole Kota Sukabumi. Seiring waktu, lambat laun aktivitas yang digelutinya pun menjadi ladang usaha yang menjanjikan.  Sampai sekarang usahanya masih eksis, meski terus bermunculannya pengusaha cilok  yang kian menjamur. Suyadi yang ketika itu masih lajang, terlebih dahulu melewati masa sulit sebagai seorang kuli serabutan. Pekerjaannya bergonta-ganti sesuai dengan lapangan kerja yang dapat menerimanya. "Ketika masih bujangan, si bapak dulu bekerja sebagai kuli, " tutur anak kedua Suyadi yang bernama Sidik, kepada Radar Sukabumi siang kemarin. Jenuh dengan profesi sebagai buruh bangunan, setelah menikah akhirnya Suyadi mengambil langkah untuk membuka usaha sendiri. Pada mulanya, belum terbayang dalam benaknya untuk menjadi pengusaha cilok. Usaha yang pertama kali dicobanya adalah memproduksi dan memasarkan bakso. Dengan alat pikul sederhana sampai gerobak dorong, dirinya pun berkeliling kampung untuk menjajakan bakso hasil olahannya. Dengan kepiawaiannya berkomunikasi dengan calon pembeli, bakso yang dijajakannya pun diminati banyak orang dan laris terjual. "Bakso hasil olahan Bapak kami, menurut cerita orang sini, paling enak dan terkenal," lanjut Sidik putra Suyadi. Sejak 2006, Suyadi mulai mengganti kegiatan produksinya, yang tadinya membuat bakso berubah menjadi membuat cilok. Alasannya proses pembuatan cilok lebih mudah ketimbang bakso. "Bapak kami membuat terobosan baru, yaitu memproduksi cilok. Kami pun turut terjun membantunya. Proses pengadaan bahan baku cilok lebih simpel, karena di pasar di mana kami membeli, tempat aci dengan penggilingan daging ikannya menyatu. Berbeda dengan bakso, penggilingan daging dan terigu yang tempatnya masing-masing terpisah, "ujar Sidik.  
Proses produksi dimulai dari sore sampai malam hari. Untuk produksi, dalam sehari Suyadi memerlukan bahan baku kanji dan ikan tuna yang sudah digiling sebanyak satu kwintal. Adapun aktivitasnya dibantu oleh istrinya, Tumini (47), dan kedua anak laki-lakinya. Kini strategi pemasaran cilok yang dipergunakan Suyadi berbeda dengan bakso. Cilok dipasarkan ke tiap warung yang ada di Kota Sukabumi. "Ada juga konsumen yang sengaja datang ke rumah ataupun ke kios. Harga cilok berukuran besar per-butirnya Rp7 ratus dan ukuran kecil Rp3 ratus, " tutur Suyadi.
Dalam setiap bulan, rata-rata Suyadi memperoleh laba dari penghasilannya Rp2,5 juta. Dengan kegiatan usahanya tersebut, dirinya mampu menyekolahkan keempat anaknya. Dirinya berharap kepada pihak pemerintah Kota Sukabumi untuk membantu dalam mempromosikan  cilok hasil produksinya. "Alhamdulillah, usaha ini mampu membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup kami. Meskipun saat ini, pengusaha cilok makin menjamur di mana-mana. Kepada pemerintah Kota Sukabumi, kami berharap cilok mampu dipromosikan sebagai makanan khas Kota Sukabumi selain daripada moci, " pungkasnya.  (*)     

0 komentar:

Posting Komentar