Sukabumi -- Awal mula kerajinan pembuatan alat-alat peraga untuk siswa di TK atau SD ini, boleh di bilang cukup unik. Sang pengrajin, Deden S, bisa mempelopori pembuatan alat-alat seperti puzzle, balok atau rambu lalu lintas tiruan ini karena termotivasi besarnya permintaan kerajian tersebut dari beberapa wilayah.
Deden, pria asal Kampung Paledang Desa Cimahi Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi ini, sempat tidak berpikir menjadi seorang penggelut kerajinan alat-alat peraga yang biasa ditemukan di tingkat pendidikan dasar. Pria 35 tahunan, justru dulu hanyalah seorang aktifis yang duduk di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menjadi perantara produk dalam negeri ke luar negeri.
Lama di Ibukota Jakarta, dan tahu seluk beluk industri yang laku keras tembus ke mancanegara, membuat "otak" bisnis pria bertubuh sedang itu berputar. Kebetulan, di LSM yang ia geluti yakni Yayasan Pengembangan Kerajinan Indonesia (Yayasan Pekerti), ia ditunjuk sebagai motivator. Di situ, para pengusaha kecil yang akan mengembangkan usahanya, ia didik dan ia bina.
"Saya termotivasi ketika ada pengusaha yang membuat puzzle di daerah Jakarta, tak mampu menutup pesanan ke luar negeri. Sambil mengajari cara dia berbisnis dan mengembangkan usahanya, saya juga belajar kepadanya tentang cara-cara membuat kerajinan itu," aku Deden ditemui Radar belum lama ini. Deden pun berpikir jika kerajinan seperti itu, cocok dibawa dan diolah di tanah kelahirannya Sukabumi. Itu ia dasari ketika, bahan baku pembuatan alat peraga yang didominasi kayu, banyak tersedia di daerah ini. Berbekal kemampuan yang cukup, ia pun balik kanan dari Jakarta.
"Terus terang, industri alat peraga yang diolah di Jakarta saja, bisa tembus ke Jepang dan Inggris. Padahal, Jakarta punya apa. Beli kayu saja mahal. Di sini, kita mencari saja bisa dapat cepat," akunya.
Untuk melegalkan usahanya itu, ia pun mengurus pembuatan CV Binangkit Multi Karya. Perusahaan itu, menjadi tombak usahanya ia geluti sampai sekarang. "Percaya tidak, modal awal waktu itu cuma Rp 4 juta. Jumlah itu, memang besar. Tapi untuk ukuran pembuatan CV, bisa dibayangkan betapa kecilnya," katanya.
Meski begitu, ia terus berkreasi. Tanya sana sini yang lebih pengalaman, usahanya pun tak sebatas membuat puzzle. Lebih dari itu, produk lainnya seperti geometri, bidang bangunan, kotak pos sampai rambu lalu lintas tiruan, mampu ia produksi. Kebanyakan, pesanan sendiri datang dari sekolah tingkatan dasar seperti TK dan SD.
"Saya lebih mengutama kan kepercayaan. Makanya, kalau bicara omset, usaha ini bisa mencapai Rp 50 juta per bulan. Alhamdulilah, meski paceklik, usaha kami bertahan terus," akunya.
Deden, pria asal Kampung Paledang Desa Cimahi Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi ini, sempat tidak berpikir menjadi seorang penggelut kerajinan alat-alat peraga yang biasa ditemukan di tingkat pendidikan dasar. Pria 35 tahunan, justru dulu hanyalah seorang aktifis yang duduk di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menjadi perantara produk dalam negeri ke luar negeri.
Lama di Ibukota Jakarta, dan tahu seluk beluk industri yang laku keras tembus ke mancanegara, membuat "otak" bisnis pria bertubuh sedang itu berputar. Kebetulan, di LSM yang ia geluti yakni Yayasan Pengembangan Kerajinan Indonesia (Yayasan Pekerti), ia ditunjuk sebagai motivator. Di situ, para pengusaha kecil yang akan mengembangkan usahanya, ia didik dan ia bina.
"Saya termotivasi ketika ada pengusaha yang membuat puzzle di daerah Jakarta, tak mampu menutup pesanan ke luar negeri. Sambil mengajari cara dia berbisnis dan mengembangkan usahanya, saya juga belajar kepadanya tentang cara-cara membuat kerajinan itu," aku Deden ditemui Radar belum lama ini. Deden pun berpikir jika kerajinan seperti itu, cocok dibawa dan diolah di tanah kelahirannya Sukabumi. Itu ia dasari ketika, bahan baku pembuatan alat peraga yang didominasi kayu, banyak tersedia di daerah ini. Berbekal kemampuan yang cukup, ia pun balik kanan dari Jakarta.
"Terus terang, industri alat peraga yang diolah di Jakarta saja, bisa tembus ke Jepang dan Inggris. Padahal, Jakarta punya apa. Beli kayu saja mahal. Di sini, kita mencari saja bisa dapat cepat," akunya.
Untuk melegalkan usahanya itu, ia pun mengurus pembuatan CV Binangkit Multi Karya. Perusahaan itu, menjadi tombak usahanya ia geluti sampai sekarang. "Percaya tidak, modal awal waktu itu cuma Rp 4 juta. Jumlah itu, memang besar. Tapi untuk ukuran pembuatan CV, bisa dibayangkan betapa kecilnya," katanya.
Meski begitu, ia terus berkreasi. Tanya sana sini yang lebih pengalaman, usahanya pun tak sebatas membuat puzzle. Lebih dari itu, produk lainnya seperti geometri, bidang bangunan, kotak pos sampai rambu lalu lintas tiruan, mampu ia produksi. Kebanyakan, pesanan sendiri datang dari sekolah tingkatan dasar seperti TK dan SD.
"Saya lebih mengutama kan kepercayaan. Makanya, kalau bicara omset, usaha ini bisa mencapai Rp 50 juta per bulan. Alhamdulilah, meski paceklik, usaha kami bertahan terus," akunya.
Warga Kampung Paledang Desa Cimahi Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi boleh berbangga. Itu ketika salah satu sentra Usaha Kecil Menengah (UKM) membuat alat peraga taman kanak-kanak (TK) yang tembus mancanegara. Lantas bagaimana geliatnya saat ini.
Radar Sukabumi sengaja datang ke sentra pembuatan alat peraga TK di CV Binangkit Multi Karya, di Desa Cimahi Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi belum lama ini. Wartawan koran ini melihat betapa seriusnya sejumlah pengrajin sedang membuat hasil kerajinan yang siap dijual dan menjadi pesanan. Sengaja bertanya tentang produktivitas serta ketenaran hasil kerajinan di sini yang faktanya sudah disuplay ke mancanegara.
Pimpinan CV Binangkit Multi Karya Persada, Dindin S menyebutkan negara-negara seperti Amerika, Australia, dan Inggris sudah menjadi konsumen tetapnya, di samping pasar lokal.
"Pangsa pasarnya sudah cukup baik,"tuturnya.
Ketika pangsa penjualan meledak sampai mancanegara logikanya daya serap tenaga kerja di usaha tersebut juga baik.
Dindin mengatakan pembuatan fokus usahanya itu dimulai kurang lebih sudah 10 tahun. Alat-alat peraga seperti puzzle, rambu lalu lintas, abacus (bola lima tiang), geometri dan peraga lainnya sudah dihasilkan oleh tangan-tangan terampil para pengrajinnya.
Intensitas produksinya juga cukup banyak. Sehingga, perputaran rupiah dari sektor industri inipun cenderung tinggi.
"Di mana, produksi untuk satu bulkan rata-rata mampumenutup permintaan lima ribu buah alat peraga, maka omzet yang kami capai bisa Rp 50 juta,"sebut Dindin.
Raihan omzet seperti itu cukup menutup kebutuhan produksi termasuk pembiayaan honor pegawai. Yang saat ini sudah diberdayakan sekitar 80 pengrajin dari warga setempat.
"Selain TK, produk kami juga didistribusikan untuk kebutuhan sekolah dasar dan playgroup, "terangnya. (*)
Radar Sukabumi sengaja datang ke sentra pembuatan alat peraga TK di CV Binangkit Multi Karya, di Desa Cimahi Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi belum lama ini. Wartawan koran ini melihat betapa seriusnya sejumlah pengrajin sedang membuat hasil kerajinan yang siap dijual dan menjadi pesanan. Sengaja bertanya tentang produktivitas serta ketenaran hasil kerajinan di sini yang faktanya sudah disuplay ke mancanegara.
Pimpinan CV Binangkit Multi Karya Persada, Dindin S menyebutkan negara-negara seperti Amerika, Australia, dan Inggris sudah menjadi konsumen tetapnya, di samping pasar lokal.
"Pangsa pasarnya sudah cukup baik,"tuturnya.
Ketika pangsa penjualan meledak sampai mancanegara logikanya daya serap tenaga kerja di usaha tersebut juga baik.
Dindin mengatakan pembuatan fokus usahanya itu dimulai kurang lebih sudah 10 tahun. Alat-alat peraga seperti puzzle, rambu lalu lintas, abacus (bola lima tiang), geometri dan peraga lainnya sudah dihasilkan oleh tangan-tangan terampil para pengrajinnya.
Intensitas produksinya juga cukup banyak. Sehingga, perputaran rupiah dari sektor industri inipun cenderung tinggi.
"Di mana, produksi untuk satu bulkan rata-rata mampumenutup permintaan lima ribu buah alat peraga, maka omzet yang kami capai bisa Rp 50 juta,"sebut Dindin.
Raihan omzet seperti itu cukup menutup kebutuhan produksi termasuk pembiayaan honor pegawai. Yang saat ini sudah diberdayakan sekitar 80 pengrajin dari warga setempat.
"Selain TK, produk kami juga didistribusikan untuk kebutuhan sekolah dasar dan playgroup, "terangnya. (*)
0 komentar:
Posting Komentar