Setelah sukses dalam mengelola penjualan produk dari salah satu bumbu dapur. Kini Husin Isna mengembangkan usahanya jual beli hasil bumi dan aneka macam kerupuk. Dengan harapan lebih dikenal warga Sukabumi. Kini produk olahan hasil bumi khususnya bumbu dapur yang bisa digunakan untuk kebutuhan memasak sehari-hari, telah dipasarkan keluar Provinsi Jabar.
Sekitar tahun 1980, Husin Isna (53), pria asli Medan ini mulai merintis usahanya. Bermodalkan uang ratusan ribu, dirinya memberanikan diri untuk menggeluti usaha pembuatan bumbu dapur seperti merica dan ketumbar.
Bersama istrinya, Husin mengelola usahanya dari nol. Mengandalkan mesin manual dan kemasan plastik biasa dengan pelekat dibakar menggunaka nyala lilin atau lampu minyak tanah, tak menjadikannya putus harapan.
Seiringnya waktu, kini usaha yang dirintisnya tersebut mulai berkembang dan sudah terkenal di pasaran. Ia pun akhirnya membuka pabrik di Jl. Pabuaran Sukabumi. Omsetnya pun terus berkembang,minimal dalam sebulan ia mampu meraup omset Rp20 juta.
Bahan baku yang berasal dari biji merica atau lada didatangkan dari Bangka. Sedangkan biji ketumbar asli dari India yang diimpor ke Jakarta.
Saat ini , proses penggilingan biji merica dan ketumbar mengunakan mesin modern. Produknya itu ia beri nama Lada Daisy’s Merica Bubuk dan Ketumbarku.
Dengan bubuk asli dari ketumbar yang terjamin kwalitasnya tersebut,kemudian dikemas khusus perset.
“Dulu pada saat awal merintis usaha ini banyak rintangan yang saya hadapi. Terutama pada saat memimjam uang untuk modal usaha. Namun orang tidak percaya saya, karna mungkin saya bukan asli pribumi. Tapi sekarang setelah usaha saya sudah terkenal dan mulai melebarkan sayap, banyak orang yang datang untuk menawarkan pinjaman modal. Saya merintis usaha ini, benar-benar dari nol,”kata Husin Isna.
Husin kini sudah memiliki 15 orang tenaga kerja, yang setiap bulannya mampu menghabiskan sekitar 1 ton biji ketumbar dan biji merica. Harga yang ditawarkan Rp500/set, sedangkan untuk 1 pak berisi 78 sachet dihargai Rp27.500 untuk lada. 1 pak berisi 72 sachet Rp24 ribu untuk merica. Distribusi sudah keluar kota mapun keluar propinsi, seperti Palembang, Medan, Bengkulu, Semarang, Jakarta.
Selain memproduksi merica dan ketumbar, perusahaannya tersebut juga menjual dan membeli hasil bumi dan aneka macam kerupuk.
Walapun saat ini yang menjadi salah satu kendala dalam mengembangkan usahanya adalah modal, tetapi ia terus berusaha untuk bisa mengelola usahanya yang sudah memberikannya rumah dan bisa menyekolahkan ketiga anaknya.”Mudah-mudahan pemerintah khususnya Diskoperindag, bisa lebih memperhatikan UKM seperti saya ini dan ada sedikit kucuran dana,”pintanya.(*)
Laporan: Esa Septi Juanda Ulfach – Radar Sukabumi
0 komentar:
Posting Komentar