Membuka lahan usaha baru, untuk bisa melangsungkan hidup setelah pensiun dari pekerjaannya sebagai penjaga TK. Sukapirena (TK. YB) adalah harapan terbesar Asep (54) sebagai pembuat makanan tradisional ciri khas Kota Tasik yaitu Surabi. Usaha yang dirintis sejak 2008 silam ini, menjadikan Asep bisa melanjutkan sekolah bagi ke tiga anaknya sampai ke perguruan tinggi.
Salah satu jenis makanan tradisional yang satu ini, sudah banyak dikenal masyarakat. Memang beras adalah makanan pokok masyarakat Indonesia. Namun lebih dari itu, beras juga bisa disulap menjadi makanan lainnya, seperti yang ditekuni Asep (54) bersama isterinya selama ini. Pria yang juga mantan penjaga sekolah ini, membuka usaha pembuatan Surabi yang berbahan baku beras dengan campuran kelapa di Jl. Bhineka Karya Kelurahan Karamat Kecamatan Gunungpuyuh Kota Sukabumi.
Untuk menghasilkan cita rasa yang tinggi, cara pengolahannyapun menggunakan cara tradisional pula. Di atas tungku dengan bara api dari kayu ini, Asep membakar adonan racikannya menjadi Surabi yang beraneka rasa. Diantaranya rasa gula, oncom, sarondeng, susu keju, susu keju campur meses, telur bebek, telur ayam dan masih banyak lagi rasa yang lain yang bisa konsumen rasakan.
“Harganya sangat murah, kami jual dari Rp 1000- Rp5 ribu. Kami sangat bersyukur hingga saat ini tak sedikit konsumen yang mampir ke tempat kami tiap harinya, bahkan banyak juga yang memesan Surabi ini,”katanya.
Ditemui Radar Sukabumi, bapak tiga orang ini mengaku dalam sehari bisa menghabiskan 7 kg tepung dan kelapa 4-5 buah. Meski saat ini banyak tukang Surabi yang menggunakan kompor gas untuk memasaknya, namun Asep tak tertarik. Dirinya tetap mempertahankan cara tradisional dengan cara dibakar. “Rasanya yang dihasilkan tentunya berbeda. Surabi yang kami buat lebih nikmat, mirip dengan surabi bakar Kota Tasik,”tuturnya.
Asep mengaku, dengan memproduksi Surabi, dirinya mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke Perguruan Tinggi (PT).
“Alhamdulillah kami sangat bersyukur dan terimakasih kepada Allah SWT, usaha kecil yang kami rintis ini akhirnya anak-anak kami bisa kuliah,”ujarnya yang juga menambahkan usahanya tersebut sudah terkenal hingga ke luar kota, seperti Bandung dan Bogor.
Di hari-hari biasa, omset yang diperoleh dari usaha pembuatan Surabi ini minimal bisa mencapai Rp 300 ribu/hari. Sedangkan, pada hari libur bisa mencapai Rp 800 ribu/hari.
Selain Surabi, Asep dan isterinya juga mampu membuat minuman, yang dinamakan Bandrek India. Sebagai teman pada saat menyantap Surabi. Harga untuk Bandrek India ini hanya Rp 3 ribu. “Bandrek India yang kami buat berbeda dengan bandrek lain. Karena disini kami menggunakan jahe merah dan kapol laga saja. Bandrek India ini bermanfaat untuk mengobati alergi, sakit badan dan masuk angin,”imbuhnya yang juga berharap usahanya yang dirintisnya ini bisa lebih terkenal dan bisa meningkatkan omset.(*)
Laporan: Esa Septi Juanda Ulfach – Wartawati Radar Sukabumi
0 komentar:
Posting Komentar