1 Februari 2012

Profil Pengusaha Pangsit dan Kripik Lantak Yang Tembus Supermarket

Membuka lahan usaha yang sangat digandrungi oleh berbagai kalangan tentunya menjadi tujuan utama para pengusaha dibidang makanan ringan. Apa lagi usaha memproduksi makanan ringan pangsit dan lantak pisang yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Untuk meningkatkan usaha tersebut, Asep Yusuf (56), seorang perajin makanan ringan pangsit dan lantak pisang Cempaka Kuning terus memutar otak agar produknya tetap bertahan di pasaran. 
Bermula dari usaha membuka bengkel sepeda motor, sekitar tahun 1981, Asep Yusuf yang karib disapa Asep ini mengisi waktu luangnya dengan mencoba membuat makanan ringan pangsit. Bahan baku terigu, ia peroleh dari istrinya Iis Sutijah (49) yang kebetulan pada saat itu membuka warung kecil-kecilan dikediamannya. “Awalnya hanya sekedar iseng membuat makanan ringan pangsit, seperempat terigu saya olah. Saya buat sendiri, saya jajakan di warung istri saya. Tidak disangka banyak peminatnya,” tutur Asep, kemarin. 
Saat ini Asep merintis usahanya di rumah kediamannya, yang berlokasi di Jalan Veteran I Gang Persatuan II Nomor 07 Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Gunung Puyuh, Kota Sukabumi. Usaha yang dikelolanya ini semakin meningkat jumlah pesanannya, sehingga memasuki tahun 1995 Asep merekrut tenaga kerja delapan orang untuk membantuk proses produksinya. Tidak hanya makanan ringan pangsit saja yang diproduksnya, lantak pisang hasil dari olahannya juga diproduksi. “Dalam sehari, kami bisa memproduksi makanan ringan pangsit sebanyak 36-50 kilo gram terigu dan 60 kilo gram pisang untuk diolah menjadi lantak pisang,” terangnya. 
Mesin semi modern yang dirancang sendiri, membantu Asep dalam poses pengolahannya. Hasil produksinya disuguhkan dengan harga Rp24 ribu/kg untuk makanan ringan pangsit dan Rp28 ribu/kg untuk lantak pisang. Selain dijual perkilo, Asep mengemas hasil produksinya dengan ukuran 1/4 kg dan 1 ons dengan dihargai Rp6 ribu dan Rp2.500 untuk makanan ringan pangsit, sedangkan lantak pisang Rp7 ribu dan Rp3 ribu. Omzet yang dikantongi Asep Rp820 ribu/hari. “Pemasaran hanya di wilayah Sukabumi, seperti Supermarket dan pasar-pasar yang ada di Sukabumi. Keuntungan saya peroleh sangat minim karena dijual dengan harga yang terjangkau, terpenting bagi saya penjualannya laris,”akunya. 
Kendala yang dihadapi saat proses pengolahan bahan baku tuturnya, kadang datang dari padamnya aliran listrik, yang mana enam sampai tujuh jam listrik bisa padam. Akibatnya bahan baku yang sudah siap untuk diproduksi menjadi basi dan tidak terpakai lagi selain kendala lainnya adalah musim penghujan seperti saat ini yang bisa menghambat jalannya pemasaran. “Hasil produksi saya mudah ancur, kadang konsumen tidak mau membelinya padahal produksi baru. Pemasaran sulit saat hujan turun, meskipun dibantu tenaga pemasaran 3 orang untuk dilapangan dan 6 orang menjadi Staf. Jika ingin mengejar keuntungan yang besar, harus banyak produksinya dan pemasaran lancar,” terangnya. (Radar Sukabumi)

0 komentar:

Posting Komentar