Cisaat - Para peternak ikan tahun ini harus banyak-banyak bersabar.
Kesulitan air untuk bisa membudidayakan ikannya dengan sempurna menjadi
kendala mereka menjalankan usahanya. Tak ayal, sejumlah peternak ikan di
Pasar Ikan Cibaraja Cisaat menanggung rugi yang tak sedikit.
Dalam sehari, mereka semestinya mengganti air dalam satu bak berukuran tiga meter. Kini mereka terpaksa menggantinya satu minggu sekali karena ketakutan kehabisan pasokan air.
Pengusaha ikan koi, Baban (51) mengungkapkan, dia kini menerima kerugian karena ikan hiasnya yang tidak bisa berkembang dan terkena penyakit kulit. Karena lamanya air yang tertampung di bak itu besar kemungkinan, banyak bakteri yang merusak kulit ikan hias.
“Dari 100 persen pasti saya rugi 30 persen, karena ikan yang belum layak jual,” beber nya kepada radar kemarin.
Satu suara dengan Baban, petani ikan NIla Maman (50) mengatakan, ikannya sulit berkembang dan rentan sekali cepat mati. “Kalaupun ada yang besarnya lebih dari 500 gram itu di jualnya mahal, mencapai Rp20 ribu dari harga normalnya Rp15 ribu,” ulasnya.
Ikan-ikan yang dibudidayakan di Pasar Ikan Cibaraja, menggunakan air Sungai Cinulang yang terus-terusan surut. Jadi mereka harus pintar mensiasati air dan menampung nya untuk di bagikan di 25 kolam ikan. Setiap seminggu baru air itu di alirkan.
Para petani ikan di Pasar ikan Cibaraja, sangat mengharapkan ada nya bantuan jet pump untuk menyedot air di sumur desa Cibaraja kemudian, di aliri ke bak para petani ikan yang kurang lebih ada 20 petani yang menggantungkan hidupnya di pasar ikan ini.(cr1)
Dalam sehari, mereka semestinya mengganti air dalam satu bak berukuran tiga meter. Kini mereka terpaksa menggantinya satu minggu sekali karena ketakutan kehabisan pasokan air.
Pengusaha ikan koi, Baban (51) mengungkapkan, dia kini menerima kerugian karena ikan hiasnya yang tidak bisa berkembang dan terkena penyakit kulit. Karena lamanya air yang tertampung di bak itu besar kemungkinan, banyak bakteri yang merusak kulit ikan hias.
“Dari 100 persen pasti saya rugi 30 persen, karena ikan yang belum layak jual,” beber nya kepada radar kemarin.
Satu suara dengan Baban, petani ikan NIla Maman (50) mengatakan, ikannya sulit berkembang dan rentan sekali cepat mati. “Kalaupun ada yang besarnya lebih dari 500 gram itu di jualnya mahal, mencapai Rp20 ribu dari harga normalnya Rp15 ribu,” ulasnya.
Ikan-ikan yang dibudidayakan di Pasar Ikan Cibaraja, menggunakan air Sungai Cinulang yang terus-terusan surut. Jadi mereka harus pintar mensiasati air dan menampung nya untuk di bagikan di 25 kolam ikan. Setiap seminggu baru air itu di alirkan.
Para petani ikan di Pasar ikan Cibaraja, sangat mengharapkan ada nya bantuan jet pump untuk menyedot air di sumur desa Cibaraja kemudian, di aliri ke bak para petani ikan yang kurang lebih ada 20 petani yang menggantungkan hidupnya di pasar ikan ini.(cr1)
0 komentar:
Posting Komentar