Cicurug - Beberapa jenis usaha mengalami penurunan pendapatan saat
memasuki bulan ramadan. Salah satunya usaha bata tanah atau yang disebut
batako. Pengusaha batako yang banyak terdapat di Kampung Benteng Desa
Kutajaya Kecamatan Cicurug mengeluh sepinya order.
Hampir semua pemilik modal menjalankan usaha ini dan ratusan warga di sana menjadi buruh cetak batako. Menurut para pengusaha, setiap memasuki bulan ramadan hingga sepekan Idul fitri, permintaan kerap menurun. Bahkan, pedagang sama sekali tidak menerima order. “Pada bulan ini terasa sulit sekali menjual satu rit batako. Biasanya pada bulan-bulan biasa pembeli sangat ramai padahal bulan ini sangat banyak kebutuhan menjelang hari raya,” ungkap Ujeh, salah seorang pengusaha.
Tidak ada usaha lain yang dapat dijalani Ujeh dan pengusaha lainnya. Sebab usaha ini sudah lekat dan menjadi tradisi di kampungnya. “Kalau tidak produksi saya tidak dapat membeli bahan, seperti tanah dan kapur. Selain itu tidak dapat memberikan gaji buruh. Saat ini buruh dan pengusaha sedang butuh,” ujarnya.
Dirinya menjelaskan, harga sebuah bata beragam sesuai dengan jenisnya, untuk pres mesin Rp900, cetak pres Rp450, dan cetak tangan Rp300. Tidak adanya batako yang terjual membuat puluhan ribu batako menumpuk di pabriknya.
“Kondisi ini akan merugikan pengusaha sebab batako akan memutih dan rusak karena terlalu lama terjemur matahari. Tentu saja ini merugikan,” ulasnya.
Dampaknya, ratusan buruh cetak batako harus menganggur. Kalau sudah demikian, sebagian buruh akan berpindah prodesi menjadi pedagang makanan, tukang ojek dan bekerja dipasar. Kadang tidak bekerja sama sekali. “Ya kalau sudah sepi begini terpaksa menggungur total selama dua minggu menjelang hariraya, padahal waktu tersebut sedang butuh-butuhnya uang untuk mencukupi segala kebutuhan,” tandas Ojang salah seorang buruh cetak. (dri)
Hampir semua pemilik modal menjalankan usaha ini dan ratusan warga di sana menjadi buruh cetak batako. Menurut para pengusaha, setiap memasuki bulan ramadan hingga sepekan Idul fitri, permintaan kerap menurun. Bahkan, pedagang sama sekali tidak menerima order. “Pada bulan ini terasa sulit sekali menjual satu rit batako. Biasanya pada bulan-bulan biasa pembeli sangat ramai padahal bulan ini sangat banyak kebutuhan menjelang hari raya,” ungkap Ujeh, salah seorang pengusaha.
Tidak ada usaha lain yang dapat dijalani Ujeh dan pengusaha lainnya. Sebab usaha ini sudah lekat dan menjadi tradisi di kampungnya. “Kalau tidak produksi saya tidak dapat membeli bahan, seperti tanah dan kapur. Selain itu tidak dapat memberikan gaji buruh. Saat ini buruh dan pengusaha sedang butuh,” ujarnya.
Dirinya menjelaskan, harga sebuah bata beragam sesuai dengan jenisnya, untuk pres mesin Rp900, cetak pres Rp450, dan cetak tangan Rp300. Tidak adanya batako yang terjual membuat puluhan ribu batako menumpuk di pabriknya.
“Kondisi ini akan merugikan pengusaha sebab batako akan memutih dan rusak karena terlalu lama terjemur matahari. Tentu saja ini merugikan,” ulasnya.
Dampaknya, ratusan buruh cetak batako harus menganggur. Kalau sudah demikian, sebagian buruh akan berpindah prodesi menjadi pedagang makanan, tukang ojek dan bekerja dipasar. Kadang tidak bekerja sama sekali. “Ya kalau sudah sepi begini terpaksa menggungur total selama dua minggu menjelang hariraya, padahal waktu tersebut sedang butuh-butuhnya uang untuk mencukupi segala kebutuhan,” tandas Ojang salah seorang buruh cetak. (dri)
saya pernah ke desa benteng.. dan disana terdapat ratusan pengusaha benteng..tapi disana sedang krisis buruh, karena banyak buruh yang pindah ke jakarta atau memilih usaha lain..apalagi untuk bahan bakunya sendiri sekarang sulit, salah satunya adalah kapur sebor, padahal di daerah sana banyak sekali pertambangan kapur, tapi entah kenapa disana semakin sulit.kami juga mewawancarai beberapa pengusaha bata press disana, terkadang mereka sangat kesulitan dalam mencari bahan baku kapur tadi. dan hal ini sangat berdampak kepada usaha mereka. menurut mereka adalah " yang penting bisa menafkahi keluarga, meskipun kekurangan. uang hasil penjualan hanya bisa diputar kembali untuk usaha". itulah desa benteng daerah cicurug..semoga usaha mereka ini dapat lebih baik lagi teruatama dalam kesejahteraan mereka semua..
BalasHapus