29 September 2011

Asep Setiawan, Pengusaha Boneka Daur Ulang

Kreatifitas Asep Setiawan patut diacungi jempol. Limbah rumah tangga yang umumnya dibuang, malah dimanfaatkannya hingga bernilai uang. Dari mengolah limbah menjadi boneka, Asep kini memiliki industri rumah tangga yang mampu mempekerjaan sejumlah tetangganya. Warga Kebonjati RT 01/03 Kelurahan Sukakarya, Kecamatan Warudoyong Kota Sukabumi, Asep Setiawan (39) dengan kreatifitasnya mampu mengubah sampah rumah tangga menjadi hasil kerajinan yang mempunyai nilai jual tinggi. 
Dari sisa potongan-potongan kain di salah satu pabrik yang biasanya dibakar atau dibuang, tenyata menjadi nilai lebih bagi Asep. Dirinya mengawali menjadi pengrajin boneka tersebut, berkat salah satu temannya yang memberikan limbah pada saat dirinya sedang menganggur dan butuh kerjaan. “Awalnya saat saya menganggur, teman saya memberikan sisa potongan kain. Lalu, saya mencoba peruntungan dengan mengubahnya menjadi boneka. Hasilnya di luar dugaan produksinya hingga keluar kota yakni Bandung, Cianjur, Pelabuhanratu, Bogor dan lainnya,” ujar Asep. 
Dalam waktu sebulan dirinya memproduksi 1.000 boneka. Harganya variatif mulai Rp 6.000 sampai Rp 200 ribu tergantung jenis dan ukuran boneka. “Harga tergantung jenis ukuran dan model, model rumit lebih mahal,” imbuhnya Namun, dengan minimnya biaya usaha yang ditekuninya tidak ada kemajuan yang signifikan sejak 2002 sampai sekarang, sehingga dalam produksi tidak bisa optimal dengan peralatan seadanya yakni mesin jahit, gunting dan lainnya. “Kami gunakan peralatan yang seadanya, terkadang saya perbantukan tetangga,” tandasnya. 
Kini pembuatan boneka ini menjadi tumpuan bagi Asep dan pekerjanya untuk menghasilkan uang. Apalagi dengan prospek bisnis yang menjanjikan, Asep optimis usahanya ini akan terus berkembang. “Apalagi kalau pemerintah mau membantu mengembangkan usaha kami ini,” katanya. Asep mengeluhkan atas modal yang dimilikinya padahal banyak warga membantu dalam membuat kerajinan boneka tersebut, tapi untuk bahan dirinya sangat menyayangkan kurangnya perhatian Pemerintah. “Perhatian pemerintah kurang kami pun tidak bisa optimal untuk memberdayakan masyarakat sekitar,” harapnya.(*)

Oleh : Falah Kurnia Robbi

0 komentar:

Posting Komentar