Meski saat ini sudah bukan musimnya lagi bermain layangan. Tapi, para pembuat layangan ini masih tetap setia memproduksi layangannya. Bagaimana kisahnya?
Seperti tak mengenal musim dan rasa lelah, pria asal Subangkidul Kelurahan Subangjaya Kecamatan Cikole Kota Sukabumi Asep Saepuloh dengan sabar dan telaten menekuni usahanya membuat layang-layang. Usaha tersebut dilakoninya tersebut dijadikannya sebagai mata pencaharian utama Asep sehari-hari.
Pria yang akrab disapa Epul ini mengaku, sudah menekuni pembuatan layang-layang selama 20 tahun silam. Berawal dari hobi, kini Epul mampu meraup omset sekitar Rp14 juta per dua minggu, dengan pemasaran ke daerah Sukabumi dan Cianjur.
“Dulu saya hobi main layangan, berawal dari situlah saya mendapat ide untuk bisnis layang-layang ini,”katanya.
Ketika ditemui Radar Sukabumi dikediamannya, pria ramah ini mengaku hasil dari bisnis pembuatan mainan tradisional ini cukup menggiurkan.
Dalam satu hari, ia mampu memproduksi sekitar 1000 rim untuk dikirim ke Cianjur. Produk yang dihasilkan terdiri dari tiga jenis layangan, tergantung dari kualitasnya. Ada jenis layang-layang super, standar dan ada juga layang-layang Jabrug. Biasanya untuk yang super ditandai dengan kerangka layangan yang bagus, dan terbuat dari kayu berkualitas. Sedangkan untuk jabrug, dirinya mengaku kualitasnya sangat rendah.
“Kalau jabrug itu, bikin layangannya asal-asalan,”ujarnya.
Harga yang ditawarkannya bervariatif. Untuk yang super dijualnya dengan harga Rp700 ribu/bal dan Rp500 ribu/bal untuk jenis standar. Sedangkan untuk jabrug Rp300 ribu-Rp350 ribu.
Menurutnya, saat musim layangan jumlah pemesan mengalami peningkatan 100 -200 persen. Untuk menangani lonjakan tersebut, pria yang dimemiliki dua orang anak ini banyak merekrut pegawai. Meski begitu, terkadang pesanan konsumen tidak semua terlayani. Biasanya permintaan mulai ramai dari Maret- Agustus.
“Biasanya, kalau sudah musim layangan saya bisa kirim 60 ribu per rimnya,”kata pria yang sekarang mempunyai 25 karyawan tersebut.
“Mau musim hujan atau kemarau, kita terus membuat layangan. Sehingga usaha ini insya Allah tidak akan terputus oleh musim,”tambahnya lagi.
Hampir sama dengan pengrajin lainnya, di lapangan Epul menemukan banyak kendala. Terutama dalam hal permodalan dan kesulitan mendapat bahan baku.
“Sekarang bahan baku untuk kualitas super, sudah sangat sulit. Kalaupun ada harganya pasti mahal,” katanya.
Selain kesulitan bahan baku, dirinya juga mengeluhkan soal bantuan permodalan. Untuk itu, Epul meminta kepada Pemerintah Kota Sukabumi untuk lebih memperhatikan nasib para UKM yang ada di Sukabumi, untuk bisa memberikan pelayanan modal dengan bunga rendah.
“Saya berharap, semoga Pemerintah Kota Sukabumi dan juga BUMN, untuk lebih memperhatikan nasib kita. Agar bisa memberikan modal dengan bunga rendah,” desaknya.
Menurut saya, nasib para UKM seperti pak Asep Saepuloh ini harus diperhatikan. Karena selain untuk menyejahterakan para UKM, dengan adanya pengusaha seperti pak Asep ini maka permainan tradisional kita juga bisa terus dilestarikan.
BalasHapusWuihhhh.... motifnya itu loh...
BalasHapusi like motifnya yang singa
BalasHapusace maxs merupkan obat varikokel herbal tanpa efek samping
BalasHapusk menyejahterakan para UKM, dengan adanya pengusaha seperti pak Asep ini maka permainan tradisional kita juga bisa terus dile
BalasHapussangat kreatif
BalasHapusterus semangat
BalasHapusmenagnat terus mas kerjanya :D
BalasHapus